DISKUSI 500 TAHUN REFORMASI DALAM PERSPEKTIF DI LUAR ARAS
Aras itu menunjuk arah perjalanan menuju suatu, seperti arus air yang menuju tempat yang lebih rendah. Aras Gereja dapat dipahami sebagai pemahaman dan praktek (=ajaran, doktrin, dogma) penunjuk arah menuju surga. Penerimaan surga dan aras adalah dogma, tidak dapat dipertanyakan kebenarannya. Dogma dianggap kebenaran dan harus diterima, tidak boleh dipertentangkan. Ini kuno dan bertentangan dengan perkembangan zaman dan dengan Alkitab sendiri. Pemahaman aras gereja sebagai kebenaran yang tidak dapat diuji kembali adalah naif. Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu. (Amsal 25:2). Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. (Markus 4:22). Perkembangan informasi yang dengan mudah disebarkan dan diakses oleh setiap orang telah memungkinkan membuka kedok dan kebohongan dan kebodohan yang selama ini ditutup-tutupi oleh gereja yang menganggap dirinya paling benar. Setiap pandangan yang menganggapnya dirinya paling benar, telah tidak dapat bertahan bila ditantang dengan berbagai informasi yang berbeda tetapi lebih realistis dan Alkitabiah atau Biblical. Lebih kurang itulah tesis yang disodorkan oleh PEWARNA, dilandasi kekecewaan dengan Gereja Aras, hingga akhirnya muncul ide menyelenggarakan diskusi ini.
Para Pembicara sebagai Nara Sumber juga diambil dari Gereja yang tidak termasuk dalam salah satu aras, tetapi memiliki latar belakang beragam Aras. Mereka adalah Nugroho Tjahjadi dari Asosiasi Pendeta Indonesia (API), Djasarmen Purba dari Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI), dan Agus Susanto dari Badan Musyawarah Antara Gereja (Bamag LLK).
Bertempat di Hotel John Pardede Internasional, Raden Saleh, Jakarta Pusat, dalam rangka pelantikan DPD Pewarna DKI Jakarta diadakan diskusi. Topik diskusi mengangkat tema menyongsong 500 tahun Reformasi dalam Perspektif di Luar Aras.
Dari semua pembicara dan Peserta yang mengajukan pertanyaan dan juga pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gereja-Gereja di dunia termasuk di Indonesia telah melenceng dari cita-cita Reformasi yang pertama sekali digulirkan oleh Martin Luther.
Inti Reformasi adalah melaksanakan Bible (Alkitab) secara murni dan konsekuen. Sederhananya disebut "BACK TO BIBLE".
Reformasi muncul karena praktek kehidupan kegerejaan telah jauh menyimpang dari ajaran inti Alkitab. Martin Luther menyimpulkan tiga hal dari kehidupan kekristenen yang terkenal dengan TRI SOLA.
SOLA GRATIA: menegaskan bahwa keselamatan itu adalah Anugerah dari Allah.
SOLA FIDE: menegaskan bahwa keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah hanya dapat diterima dengan iman.
SOLA SCRIPTURA: menegaskan bahwa jalan hidup yang ditempuh oleh orang yang telah diselamatkan dan menerimanya dalam iman harus didasarkan kepada Alkitab. Alkitab adalah sumber kebenaran yang dapat dibuktikan oleh setiap umat manusia.
Penyimpangan yang dilakukan oleh Gereja-Gereja setelah reformasi, terutama yang dapat dilihat dengan jelas-jelas saat sekarang adalah:
1. Membuat pengajaran berdasarkan pengalaman pribadi pimpinan suatu Lembaga Gereja dengan tidak bersedia dan tidak mau diuji oleh kebenaran yang dimiliki oleh sesama Kristen, terutama dari Gereja-Gereja yang lahir dalam satu abad terakhir (1900an Pantekosta, 1960an Karismatis).
2. Pada prakteknya pengajaran yang diterapkan oleh Gereja adalah untuk memperbesar gerejanya sendiri,.
3. Sangat eksklusi atau istilah awam EGOIS, merasa pengajaran dan gerejanya saja yang paling benar.
4. Gereja yang berkembang dari Reformasi yang meneruskan ajaran Marthin Luter, Zwingli, Kalvin dan lain-lain juga menerapkan eksklusi dan cenderung menutup diri.
5. Gereja tidak begitu peduli kepada lingkungan tempatnya hidup, menghindari hal-hal seperti ekonomi dan politik; tetapi dengan teknik-teknik sugesti mendorong dan mengarahkan para jemaatnya untuk memberi uang mereka lebih banyak dan lebih banyak lagi.
6. Gereja-gereja mengembangkan teknologi pendirian dan pengembangan kerajaan sendiri, mulai dari keluarga kecil terus bertambah sampai merambah ke berbagai penjuru dunia.
7. Gereja begitu sombong dengan memamerkan "pilihan Tuhan secara khusus kepada Gereja" yang dibuktikan dengan Gedung Besar dan Menara Tinggi, Program Televisi dan Radio, Mobil Mewah untuk Para Pendeta dan Gembalanya, Jemaat yang besar dan bertebaran di seantero tempat, dan tidak segan menerapkan praktek-praktek dunia untuk "mengambil" domba-domba Gereja lain dengan iming-iming berkat dari Tuhan yang berlimpah.
8. Gereja tidak segan-segan bekerja sama dengan Birokrat dan Kementerian Agama maupun pihak aparat penegak hukum untuk mematikan Gereja lain yang pecahan dari gerejanya dan mencoba untuk mandiri.
9. Dengan alasan tidak cocok apakah karena sakit hati atau karena mendapatkan bisikan roh atau penglihatan, gereja begitu mudah meninggalkan gereja induknya untuk mendirikan dan mengembangkan gereja baru sesuai dengan selera hatinya sendiri. Kemudian memusihi dan bersaing tidak sehat dengan gereja induknya.
10. Satu gereja memandang gereja lain sebagai saingan dan ancama eksistensinya.
11. Aras-aras yang sudah mapan dan hadir sejak Indonesia belum merdeka, atau yang menganggap dirinya termasuk dalam tujuh aras utama memandang setiap Gerakan dan Organisasi Kristen yang baru lahir atau baru muncul sebagai sesuatu yang sia-sia, dipandang sebelah mata, dicurigai, dan diusahakan supaya mati sebelum mampu berdiri, layu sebelum berkembang. Mereka (termasuk para Mitranya) akan berkata TIDAK PERLU ORGANISASI KRISTEN YANG LAIN.
12. Setiap ada upaya untuk mempersatukan Gereja secara nyata, apalagi kalau inisiatif itu datang dari Pemerintah cq Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama, selalu saja ditentang dengan pernyataan "Negara tidak boleh mencampuri urusan Gereja" tetapi kalau masalah bantuan dari Pemerintah, mereka berlomba-lomba dan merasa tidak perlu bertanggung jawab.
13. Dalam konteks kepemimpinan untuk pembangunan mensejahterakan masyarakat dan memajukan Negara dan Bangsa di mata dunia, Gereja Aras mengambil sikap diam seribu basa.
14. Dalam pergolakan dan permasalahan sosial yang dialami oleh Umat dan Tantangan dan Ancaman nyata terhadap Gereja secara lokal, ternyata Gereja Aras di Indonesia tidak berbuat apa-apa.
15. Dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, ternyata Gereja Aras mengambil termpat perlindungan di balik tembok Gereja, gedung Aras atau Sinode, dan membiarkan umatnya sendiri-sendiri bertempur.
ADA BAIKNYA TESIS DAN KONKLUSI DISKUSI INI PERLU DITINDAKLANJUTI DENGAN RISET ILMIAH SEHINGGA LEBIH DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN DAN DIJADIKAN BAHAN PERBAIKAN UNTUK PEMBANGUNAN DI BIDANG AGAMA KHUSUSNYA AGAMA KRISTEN DI INDONESIA.
Sementara ditemukan pejabat Kristen, yang diiming-imingi kenaikan jabatan dan fasilitas, dengan mudahnya meninggalkan Tuhannya dan menukar imannya. Gereja Aras, apa yang dilakukannya terhadap fenomena ini?
Patut diakui bahwa hampir semua peserta Diskusi adalah Anggota dari salah Satu Aras Gereja. Mereka jelas kecewa dengan Aras Gereja dimana Gerejanya bernaung.
TUHAN BERTANYA KEPADA GEREJA ARAS: DIMANA ENGKAU ADAM (GEREJA ARAS?)
PROEKSISTENSI GEREJA
Dalam kerangka sejarah Kemerdekaan Indonesia, orang Kristen yang waktu itu belum mengenal egoisme Aras atau Synode, ternyata telah menorehkan catatan Sejarah yang dibanggakan dan patut diteladani.
Amir Syarifuddin Prawiranegara Harahap menurut Penanya dan disetujui Nara Sumber adalah konseptor Sumpah Pemuda. Dia dibaptis di Gereja HKBP.
A.A. Maramis, Sam Ratulangi, Latuharhari adalah tokoh yang jelas-jelas memberikan suara dan karunia kenabian dengan segala perjuangannya sebagai penyandang Karunia Nabi dipakai Tuhan untuk menentukan arah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
TB Simatupang, Jenderal paling muda di sia 29 Tahun, menjadi panutan kaum muda untuk menunjukkan siapa seharusnya yang dijunjung dan ditaati. Seperti Petrus dan Yohanes berkata, kita harus lebih menaati Tuhan daripada manusia.
Mereka-mereka ini adalah orang Kristen, yang membuat persamaan hak menduduki posisi Pemerintahan di Indonesia, yang membuka peluang bagi suku bangsa lain. Mereka yang berjuang dan berhasil adalah orang Kristen.
Gubernur Pertama DKI adalah orang Kristen.
Para Nara Sumber memotivasi para hadirin, terutama para Wartawan yang bergabung dalam Pewarna untuk meneruskan Reformasi yang telah digulirkan sejak 500 tahun lalu. Juga untuk meneruskan nilai-nilai perjuangan mulia yang telah diberikan sebagai contoh oleh Para Tokoh Kristen Kemerdekaan. Ternyata orang Kristen memberikan saham yang besar untuk Republik ini.
Generasi Muda perlu belajar dari tokoh pergerakan di luar negeri seperti Amerika. Orang kulit hitam yang tadinya dikucilkan mendapatkan kesempatan menduduki posisi tinggi seperti Condoliza Rize, Colin Powell hingga Barak Obama menjadi Presiden Amerika Serikat.
Gereja di Indonesia yang menyebut dirinya aras saatnya direformasi. Back to Bible.
Kurikulum, Substansi, dan Metode Pengajaran dan Pendidikan Sekolah-Sekolah Teologia dan Sekolah Kristen perlu direformasi yang membentuk pengajaran Para pendeta agar direformasi. Back to Bible.
Para Umat supaya sadar dan membuka mata, telinga, dan hati: tersedia banyak sumber di dunia informasi teknologi sekarang: carilah apa yang benar dan jangan takut mereformasi Gereja tempat Anda bernaung supaya sesuai dengan kehendak Pemilik dan Kepala Gereja yang dapat diuji dan dibenarkan secara ilmiah sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab.
Umat mari mereformasi diri dan lingkungan kita. Back to Bible.
Peserta mengharapkan kegiatan serupa dapat diteruskan dan dilakukan secara berseri.
No comments:
Post a Comment